(Ahli Atau Ah-Lie?) Realistis Dengan Tetap Humanis, Lebih Asyik

Bukan siapa-siapa

Ketika Admin (& owner, penggambar, penulis) blog ini berkhayal sedang diwawancarai, serasa macam di Talk-Show atau Show-Talk gitu deeeeh. Uhuy.

(Ini apaan yak? Apakah Dialog, Monolog, atau Belog? Menohog kah?)

Postingan paling iseng untuk kamu kamu yang suka iseng.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~


Tanya:
Langsung saja ya Mbak, tidak usah basa basi tanya kabar..
Begini Mbak, postingan mbak kemarin kan agak menyerempet ke hal 'heboh' itu tuh, setidaknya Timing-nya agak tepat,
Maksud dari itu apa mbak? Kok berani?

Jawab:
Tolong baca ulang postingan itu, dari awal sampai akhir. Kasus Asli Sherlock Holmes di Dunia Nyata - (Conan Doyle)



Tanya:
Hah? Lagi? Sudah baca sih Mbak, tapi iya deh, saya kroscek, recek, becek, gocek lagi..

Jawab:
Oke..



Tanya:
Setelah saya baca ulang, kesimpulan saya, arah postingan itu:
  1. "Pihak atas punya kewajiban dan tanggung jawab untuk mencermati serta meluruskan yang kurang lurus (dengan adil dan jujur). Sudah semestinya mereka begitu sebelum menyebarkan apa-apapun yang nantinya akan melibatkan orang banyak."
  2. "Sementara masyarakat punya kewajiban untuk turut men-support sambil terus bersimpati-empati dengan pikiran jernih. Kemudian bertanggung jawab pada diri dan pengembangan pemikiran sendiri, mau negatif atau positif, resiko tanggung sendiri."
  3. Pertanyaannya: Betul begitu Mbak? Postingan mbak sendiri bagaimana? Apa sudah dicermati?
Jawab:
Waduh???? Kok sampai sejauh itu?

Post tersebut cuma share bacaan, sama seperti waktu saya share Novel terlaris atau Top Detectives.

Insya Allah sudah saya tilik sana-sini. Out of the case: Hoax or not. Sepanjang yang saya ketahui, itu True dan sumbernya kredibel.



Tanya:
Oh jadi, kesimpulan saya salah?

Jawab:
Tidak salah, Tidak benar. Tergantung masing-masing saja lah.

Asalkan tidak kelewatan jauh dalam menerjemahkan intinya.

Saya pun tidak akan tinggal diam jika dituduh macam-macam, melibihi batas.
(Saya rasa semua orang akan begitu.)



Tanya:
Postingan inipun ada berbau kontroversi nih,
Bagaimana kalau ada pakar tertentu yang mendiagnosis bahwa Mbaknya adalah seorang psikopat, kepribadian ganda, gila, antisosial, pencitraan, introvert, jahat, atau bahkan pengalihan isu dan menggali lubang kubur sendiri? (Opo iki -_-)

Jawab:
Nah itu dia, kata kuncinya sudah disebutkan. (Saya tak paham, ape ape lah tu).

Mosok hanya gara-gara terawangan singkat bisa langsung menyimpulkan saya ini gila beserta kawan-kawannya?

(Ini masalah kejiwaan lho, harus lebih hati-hati, sangat jauh berbeda dengan hal lainnya -kesannya sok pintar ya? Begitulah saya, uhuk-).

Yah, saya memang aneh atau unik entahlah, tapi jangan seenaknya ngatain orang sebagai edan lah.

Keluarga dan teman-teman dekat saya tidak ada yang "bermulut begitu".

Kenapa orang tak dikenal malah berani menilai 'kepribadian dalaman' saya secara serampangan begitu? Gua kepret lu! Prreeeetttt. (Oops, Meringis).

Dan kalaupun hasil amatan pakar terhadap saya ternyata memang benar, bahwa saya ini "tanda kutip", ya mbok di salurkan dengan baik juga lah, jangan tega dan vulgar ngono tho.



Tanya:
Maksudnya bagaimana itu Mbak?

Jawab:
Ya Gitu lah ^^

Pokoknya setahu saya, Dokter pun tak akan sembarangan.

Bila kita sakit, akan dimulai dari pengamatan gejala, lalu di teliti lagi dengan seksama secara detail. Setelah itu, baru deh diputuskan (simpulan akhir) penyakitnya apa.

Memberi obat atau terapi pun harus sesuai dengan itu.

Plus;

Apa kamu tahu bahwa definisi & penerapan stereotipe itu terbagi dalam beberapa disiplin ilmu?

1. Dari sudut psikologi;
Para psikolog menekankan pada pengalaman dengan suatu kelompok, pola komunikasi tentang kelompok tersebut, dan konflik antarkelompok.

2. Dari sudut sosiologi;
Para sosiolog menekankan pada hubungan di antara kelompok dan posisi kelompok-kelompok dalam tatanan sosial.

3. Dari sudut lain;
Para humanis berorientasi psikoanalisis menekankan bahwa stereotipe secara definisi tidak pernah akurat. Atau, itu hanyalah penonjolan ketakutan seseorang kepada orang lainnya, tanpa mempedulikan kenyataan yang sebenarnya.

Ref(s):

Tambah sikit lagi;

Dari sudut cocoklogi;
Para cocoklog akan menjadikan stereotipe sebagai pembenaran untuk menjatuhkan orang lain, pokoknya lo harus gubrak dimata gue. <- Pftthuhuhu hihihi xixixixi, mereka lucuuuhhh syuuuhhh.

(Padahal definisi pembenaran pun bukanlah hal simpel dan seloroh seperti yang marak.)

Itulah sebabnya saya dan banyak orang semakin tak suka pada hal itu.

Karakteristik sakit jiwa, anti-sosial, psikopat, sociopat, egosentris, dlsb, dijadikan asas untuk mengolok atau menebak sifat orang lain. Parahnya, hanya berdasar pada aktivitas maya atau malah akun bodong.

Ya, semua mulai terbelok dan bertuju ke bualan penghakiman dan peng-aib-an. Pada level ekstrem, akan berujung pada diskriminasi. Hasilnya dapat kita lihat, saling tuding dan hina, tanpa bukti kuat pula.

Contoh: kita dituduh sebagai pencuri/maling/penyusup, tapi tak ada yang dapat memberitahu, apa yang telah dicuri (?). Aneh banget kan. Ada udang dibalik bakwan. (Bisa saja justru mereka itu yang maling teriak maling.)

Ho'oh. Nyaris nihil dari mereka yang peduli untuk menelaah lebih dalam, sesuai dengan konteks dan substansi masalah maupun kultur lingkungan.

Kita semua pasti pernah terdogma dan terdoktrin sama hal begitu. Setelah tahu, barulah sadar lalu menghindar. Yup, sering geram sama ejekan stereotip, respect Realistis dengan tetap Humanis akan lebih asyik. -- (eh dears, ini ada dialog baru: Maju - Girlpower - "Ayo Move on" - Keep Smiling. ^^)

Pada postingan curhatan pedas, ada gambar yang menampilkan definisi stereotype. Mungkin anda pikir saya suka hal itu? No, tidak. Di situ jelas dikatakan stereotype hanya sesuatu yang masih jauh dari kata tepat, dan di gambar lain saya ilustrasikan tentang mulutmu harimaumu dan sensitivitas itu masih perlu.

Satu kesatuan ituh. <- Simak diakhir postingan ini.



Tanya:
Oh begitu.
Tapi, apa mbak tidak takut akan kemungkinan lainnya?
Siapa tahu ada yang mengartikannya secara terbalik lalu menuntut mbak?
Kan blog juga termasuk media umum?

Jawab:
Jika ada ada yang salah paham? Lalu menghujat / tuntut saya? Alamak?

Saya justru bingung jadinya nih, hmmm.

Dalam pelaporan (apalagi penuntutan) orang pribadi atau badan, ada prosedur baku yang harus diikuti, tahap-tahap dasar gitu deh, tidak boleh ngasal grasak grusuk gubrak doeng. ^_^



Tanya:
Lho?
Argumen dan Analisa Mbaknya keren kayak ahli,
Jangan jangaaaaann.... Iya?

Jawab:
Di lihat dari bagian mana? Saya terkesan kayak ahli?
Ahli: Orang yang mahir, paham sekali dalam suatu ilmu (kepandaian); Mahir benar.

Ah-Lie: Ah Bohong. Bisa juga disebut Ah-Lay atau Alay, berbeda arti tapi sebutannya identik. (:p).
Jelas bahwa seorang ahli harus benar-benar menguasai bidangnya, dan tidak sempit. (Harus Profesional dalam artian berkompeten dan berintegritas. Bukan sekadar tuntutan profesi, apalagi cuma demi pemenuhan "target".)

Dengan demikian, apa yang dibagi dan dilontarkannya akan penuh dengan ilmu pengetahuan, pencerahan, dan manfaat baru bagi orang banyak, semua kalangan, terutama buat yang belum pernah tahu bidang itu.

Setidaknya sources tambahannya sahih dan mudah dimengerti orang biasa lah.

So,
Saya bukan ahli (berat nih labelnya),
Tapi pastinya saya pun bukan ah-lie (Beuh, no lah, emohh lie lie an)

Mungkin saya hanya "sedikit lebih tahu" tentang yang saya bagikan.

Atau sekedar ingin berbagi pemikiran atau pengetahuan pribadi, dari sisi dan cara berbeda. Namun masih di jalur lahh.



Tanya:
Trus, kenapa bikin judul begitu?
Ada "hint" untuk siapa?
Teruntuk yang khusus?

Jawab:
Tidak ada, itu lebih ditujukan untuk diri sendiri. (Kan sudah saya jelaskan diatas, gimana sih).

Saya harus bisa menahan diri agar tidak takabur dan berlagak Ahli, merasa perfect kemudian malah merendahkan orang lain.

Saya juga harus berusaha tetap konsisten dengan selalu hati-hati saat berbagi konten ke muka umum, agar saya tidak di tuduh Ah-Lie.

Jadi itu Alarm bagi diri sendiri saja. Semoga apa yang telah saya bagikan ada manfaat baiknya untuk pembaca, meski sedikit.



Tanya:
Lho? Kalau sok begitu terus, bakalan jalan ditempat dong, banyak orang nekat gunakan cara instant, dan mereka bisa ngetop + kaya, bangga lagi.
Mbak kok tak ingin? Muna banget sih.

Jawab:
o_0

Memang, Saya akui bahwa kita butuh perhatian lebih, butuh uang, butuh teman banyak, terkadang ingin juga tenar dikit, tapi nggak harus gitu juga kan caranya?..

Butuh mental baja untuk melakukan "cara-cara tertentu itu". Saya tak sanggup menempa mental begitu.

Makanya saya pilih netral dan selow but sure sambil terus try the best to always be positive (dalam konteks pribadi saya).

Walau pasti ada yang akan menganggap saya ini "Pengecut", atau "Pesimis", atau "Salah Era". > *Hey Mbak, ini zaman hi-tech, ketinggalan banget sih prinsip lo itu, kampungan!*

Hmmm, biarlaaaahh. Toh rezeki tetap ada, tak akan kemana-mana. Amin ^.^



Tanya:
Jadi bagaimana kalau tetap ada yang gagal fokus dari kisah-kisah disini?
Nggak takut di bully? Di hate?
Atau apalah apalah?

Jawab:
Sudah bukan hal baru bagi saya, lha wong untuk tulisan yang "pasti dan jelas" pun masih sering ada yang kontra. Trus nge-troll (anonim pula tuh), payah.

Bahkan pihak "berkompeten" pun pernah menilai konten pengguna dengan "agak gimanaaa" gitu kan?.

Makanya sekarang saya mulai pasrah sama yang begitu, capek, yang penting bukan kita yang terang-terangan cari ribut tanpa "etics&etiquette" ke mereka.



Tanya:
Bagaimana kalau mereka mulai ngelunjak?

Jawab:
Ciaaatttt keluarkan trik andalan. Saya punya 3 jurus untuk menghadapinya. > 3 Jurus Nyeleneh Menghadapi Pengomentar "iseng" Di Internet - Pilih mana?

:D



Tanya:
Kalau tentang Banned Menge-Banned, apa tidak takut?
Bisa saja ada yang menganggap ini menyalahi aturan kan?
Misalnya di hapus?

Jawab:
Apa dan siapa? Yang punya platform dan Search Engine ya?

Kalau itu, sudah saya katakan diatas, saya pasrah.

Saya sering membaca ulasan dari tim/kontributor,
Sungguh, saya senang karena dapat banyak pencerahan. Thanks ♡

Namun terkadang di beberapa ulasan, ada yang membuat sangat sedih. Menekankan peraturannya kok 'gitu' ya?
Padahal..... ahhh sudahlah.. T_T

Jujur, pernah juga terpikir untuk pindah platform, tetapi setelah dipikir lagi, sama saja tuh kayaknya.

Apapun platform-nya, tetap saja poin utama nya sama. ^^ .. Jadi, segala hal tetap bisa terjadi. (Sengaja-Tak sengaja. Teknis-Non teknis. Benar-Salah. Fair-Unfair.) Nyampur.

Yang penting, pahami: 2 Aturan Konten Di Internet Yang Paling Utama

Yup, memang ada aturannya dalam mengkritik, memprotes, atau mereview.

Nggak usah neko-neko lah > Saat membahas sesuatu: *Usahakan agar Kanan Kiri seimbang, dan beralas.* itu saja kok..

Jangan sampai bersifat terlalu anti-pati dan terlalu sempit..

*
Meskipun mungkin saya naif, namun saya tidak buta pada TOS pihak-pihak tersebut.

Saya sudah baca, pahami, dan practice, termasuk observasi ~ keliling kesana kemari .. Makanya saya tahu (sedikit :D).

So the point is I Love them so much, tapi bukan berarti saya "harus terus" memaksakan diri untuk nyaman dengan semua program/fiturnya.

Gitu ^_^



Tanya:
Wuihi, panjang banget,
Next time lanjut lagi ya?

Jawab:
Pasti, nanti bakalan update ini terus, tambahin terus.

Karena yang bertanya adalah Saya.
Lalu yang menjawab adalah Saya.

Saya adalah Saya.



Tanya:
Lho? Seperti Kepribadian 100, eh Kepribadian 50, eh Kepribadian 5, eh Kepribadian 2, eeeeh Kepribadian Tunggal ya? Ego dong? Gil-ah?

Jawab:
Hell-oh, uups, Hello ooo oo... Enggak gitu juga keles!
:p



Kesimpulan:

Hati-hati berkreasi dan berekspresi lepas di dunia maya. Selain agar kita tidak tersenggol hal buruk atau tersangkut masalah hukum, ada satu akibat lain yang bisa bikin miris dan geleng kepala, ini:

Mungkin nanti akan ada kelompok tertentu yang tidak senang sama kita, lalu bergosip dibelakang kita dan menyimpulkan bahwa kita seorang Tukang Rekayasa Sosial atau Tukang Manipulasi atau yang parahnya kita dianggap Tukang Tipu/Hoax. - sesuai dengan ciri masalah kejiwaan dan kepribadian yang ada di textbook mereka. (?)

Coba tanya ahli yang benar-benar pakar, (sebetulnya banyak tapi jarang tertampil alias tidak mainstream), akan bilang bahwa sekarang ini bertaburan "ahli cepat saji", makanya ilmu atau kajian yang semestinya baik malah agak sering melenceng.

Kita tahu semua bidang pengetahuan dapat saling terhubung satu sama lain, sehingga hasil study/riset bisa lebih luas dan relevan, dan tujuannya memanglah untuk kebaikan. Namun ya itu tadi, oknum-oknum nakal (seolah) tak pernah bosan untuk "merusak"nya.

Apalagi kalau itu digunakan untuk mendiskreditkan, bukan sekadar teguran atau kritik. .. Hiks T_T .. .

-- Itu juga masuk ke persoalan fitnah/pencemaran nama baik. Pedihnya itu lho. Jadi, apabila kita sampai "hancur" dibuatnya, mestinya justru kita yang sue/tuntut mereka, tak peduli siapapun mereka, kan? --

Ssstt ssshhh. Someday they will know! Gotcha! Ngaca dikit yah! Nobody's Perfect. Not only for me, but that's including YOU! 


~ S E K I A N ~
kapan-kapan sambung lagi
♡ ^.^ ♡


Thanks For Stopin' By My Blog
Admin's : Thanks to my family, best friends and readers for always supporting me .. ^.^

Tentang | Kontak | Pelaporan